Jepara – POKJALUH (Kelompok Kerja Penyuluh) Agama Islam Fungsional Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara mengadakan pembinaan untuk pertama kalinya kepada komunitas ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Kabupaten Jepara yang bertempat di Ruang Diskusi Lantai III Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) RA Kartini Jepara, Senin (19/08)
Kegiatan ini diinisiasi oleh Yayasan KDS Jepara PLUS, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap para penderita HIV/AIDS di Kabupaten Jepara sejak beberapa bulan lalu.
Sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Syafi’I, Ketua LSM Yayasan KDS Jepara Plus, tentang pentingnya penguatan mental dan spiritual bagi penderita HIV/AIDS untuk selalu tangguh menghadapi stigma negatif masyarakat.
“penderita HIV/AIDS sangat perlu mendapat bimbingan dan pendampingan dalam rangka memberikan penguatan mental dan spiritual dengan harapan mereka akan tangguh dalam menghadapi stigma negatif di masyarakat” ujar Muhammad Syafi’i.
Anggota POKJALUH, yang sekaligus didapuk sebagai penceramah, Abdulloh Hafidz Al Hafidz, menyampaikan bahwa bagi para Penyuluh Agama Islam Fungsional, komunitas ini menjadi kelompok binaan khusus yang harus mendapatkan fokus perhatian bimbingan dan penyuluhan bahkan jika diperlukan pendampingan.
Oleh karena itu materi-materi bimluhnya haruslah mampu memberikan motivasi dan semangat untuk sustain menghadapi ujian sakit ini. Tema muatan spiritual untuk pembinaan pertama kali ini ialah ”Menjadi Manusia Yang Mendapatkan Taufiq dari Allah SWT”.
Secara detail Abdullah menyampaikan sebuah hadits tentang ciri – ciri orang yang baik yaitu orang yang panjang umur dan banyak amalnya.
“Ciri – ciri orang yang baik yaitu orang yang panjang umur dan banyak amalnya. Makna panjang umur dideskripsikan oleh Al Haddad bahwa sebaik-baiknya umur itu disertai dengan kebaikan dimana Allah menyertai kita bersama kasih sayangNya (at Taufiq)” ujar Abdulloh.
Untuk mencapai maqam tersebut butuh proses atas kisah kehidupan masing-masing. Proses disini untuk selalu berbuat baik dalam setiap keadaan yang mengalami fluktuatif pasang surut.
“Pelaut yang hebat adalah yang diterpa oleh ganasnya gelombang dan badai tetapi mampu menguasai keadaan tersebut. Sikap terhadap pilihan hidup kita yaitu jika mendapatkan suatu kebahagiaan adalah anugerah yang luar biasa, maka syukurilah sebagai kenikmatan namun sebaliknya ketika menghadapi ujian bersabarlah dan ikhlas” tutur Abdulloh.
Untuk mendapatkan feed back dari audiens maka digelar diskusi tentang problematika yang dihadapi oleh penderita ODHA di Kabupaten Jepara. Stigma negative yang dihadapi penderita ODHA tidak hanya dipandang rendah oleh masyarakat saja, namun juga hingga dalam hal mendapatkan pasangan hidup.
“Selain stigma negatif masyarakat yang masih banyak memandang sebelah mata kondisi ini, ada banyak persoalan yang dihadapi khususnya dalam mendapatkan pasangan hidup, di mana keluarga pasangan ODHA sering menolak untuk menikahkan anak/kerabatnya dengan penderita ODHA” ujar Abdulloh.
Pasangan ODHA masih sering malu untuk diajak periksa kesehatan di Puskesmas sebagai persyaratan untuk menikah, termasuk pemulasaraan jenazah penderita ODHA yang dipandang sebelah mata oleh para modin.
Hasil sharing disampaikan oleh para Penyuluh bahwa sosialisasi tentang hidup bersama dengan ODHA telah digencarkan melalui kegiatan majlis taklim dan ormas.
“Pemulasaraan jenazah penderita ODHA dan Hepatitis B juga telah diadakan pelatihan oleh Pemerintah Kabupaten melalui bagian Kesra Jepara serta disosialisasikan melalui Ormas dalam kegiatan Majlis Taklim dan akan kita tingkatkan fruekwensinya” tutur Abdulloh.
Hal point penting adalah penguatan diri melalui kegiatan peribadatan dan aktif dalam kegiatan keagamaan di masyarakat adalah sebuah proses bagi ODHA untuk menghilangkan stigma dirinya ditengah masyarakat. Semoga pembinaan ini kedepan meningkat kuantitasnya. (Siti Choiriyah)