Jepara – Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama Kabupaten Jepara menggelar lomba Keluwesan dan MC B. Jawa dalam rangkat memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April tiap tahunnya di Aula 1 Kemenag Jepara, Senin (22/04).
Lomba diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari anggota Dharma Wanita yang merupakan istri-istri pegawai negeri di Kementerian Agama Kabupaten Jepara.
Lomba tersebut terkesan lain dari yang lain karena jarang di lombakan. Lomba yang pertama yakni lomba MC B. Jawa. Peserta bebas memilih tema yang inginkan dan harus di sampaikan di depan para juri maksimal lima belas menit.
Lomba yang kedua yakni lomba keluwesan. Peserta diminta untuk berjalan bak peragawati dan harus berjalan selembut mungkin. Kelembutan peserta dalam berjalan dan bertindak di depan juri, akan dinilai dan menjadi poin utama penilaian.
Ketua Pantia sekaligus Ketua Dharma Wanita Persatuan Kemenag Jepara, Supanti Nor Rosid, menyampaikan bahwa momen peringatan hari Kartini kali ini bertujua untuk membangkitkan jiwa semangat Kartini dan mencontoh perjuangan Kartini dalam membela kaum wanita. “kaum wanita bisa meneladani dan mencontoh kisah hidup dan perjuangan RA. Kartini yang semasa hidupnya menentang adanya perlakuan diskriminatif dan marginal oleh masyarakat pada saat itu” tutur Supanti.
Supanti menuturkan bahwa perempuan Indonesia masih berada pada posisi marginal atau terpinggirkan, terutama dilihat dari aspek kesehatan dan pendidikannya. “Dari satu sisi kita pernah punya presiden perempuan. Pada pemerintahan ini kita punya jumlah menteri perempuan yang cukup banyak. Namun, realitanya perempuan Indonesia masih pada posisi marginal,” kata Supanti.
Untuk itu, kata Supanti, perempuan jangan mau berhenti bertindak dan harus terus melakukan perlawanan pada sikap diskriminatif dan pandangan marginal pada mereka. Perlawanan tersebut bisa dilakukan dengan bekerja dan berkarya sehebat mungkin sehingga perempuan juga bisa di sejajarkan dengan pria dalam hal tertentu.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara, Nor Rosyid, yang memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan, mengatan bahwa hari ini merupakan langkap untuk kita meneladani perjuangan Kartini dengan cara mempelajari kembali kisah hidupnya. “Merupakan sebuah fakta bahwa RA Kartini ternyata adalah seorang muslim dan pernah belajar pada salah seorang guru masyhur di Jawa, yakni KH. Sholeh Darat dari Semarang” ujar Nor Rosyid.
Orang seperti Kartini dengan segala kemewahan hidup butuh pencerahan agama. Apalagi keluarga Kartini dikenal sebagai keluarga santri-priyayi yang tekun dalam beragama dan dedikasi kuat dalam menjalankan roda pemerintahan.
Alhasil, ketika Kartini belajar al-Qur’an terasa hampa, karena ia hanya belajar mengeja dan membaca. Isi kandungan al-Qur’an tidak dapat diserap. Ia mengibaratkan bahwa belajar al-Qur’an dengan model demikian akan menjadikan orang Islam tidak mengetahui mutiara hikmah al-Qur’an.
Hingga akhirnya Kartini menemukan guru yang dapat membimbinganya dalam memahami bahasa Arab sekaligus mengajarinya tentang Al Qur’an beserta artinya. Orang tersebut yakni Mbah Sholeh Darat. Orang yang mampu membuka wawasan Islam Kartini. Al-Qur’an yang demikian suci dibuka maknanya sehingga Kartini memahaminya.
“Dari kisah hidup Kartini ini kita bisa mengambil pelajaran agama. Tidak hanya perjuangannya dibidang emansipasi wanita saja, tetapi bagaimana Kartini belajar memahami agamanya secara total dan penuh dengan cara memahami kitab sucinya sehingga mencapai pemahaman yang sesungguhnya” ujar Nor Rosyid. (fm)