Jepara – Pesan ini disampaikan oleh Ulama’ sekaligus Budayawan terkemuka Indonesia, yakni KH. Mustofa Bisri atau yang kerap biasa disapa Gus Mus, dalam menangkal faham radikal yang mengatas namakan agama Islam yang akhir-akhir ini sering muncul di masyarakat.
“Saya kadang merasa aneh melihat saudara saya umat Islam yang memiliki sifat seperti anak-anak, ingin menang sendiri, mudah marah dan memaksakan kehendaknya agar orang lain sama dengan dirinya…,” kata Gus Mus.
Padahal, menurut Gus Mus, Alquran sudah mengatakan untuk berbuat adil karena itu bisa mendekatkan kepada ketaqwaan…. Tapi begitulah sifat anak-anak kadang tidak bisa menerima nasehat yang baik sekalipun untuk dirinya sendiri.
“Atheis dimusuhi karena tidak bertuhan. Bertuhan dimusuhi karena tuhannya beda.
Tuhannya sama dimusuhi karena nabinya beda. Nabinya sama dimusuhi karena alirannya beda,” kata Gus Mus.
“Alirannya sama dimusuhi karena pendapatnya beda. Pendapatnya sama dimusuhi karena partainya beda. Partainya sama dimusuhi karena pendapatannya beda,” kata Gus Mus.
“Apa kamu mau hidup sendirian di muka bumi untuk memuaskan nafsu keserakahan?
Kau tahu apa yang dilakukan Sayyidul Wujud Muhammad SAW pada seorang Yahudi tua yang tiap hari meludahi & melempari kotoran padanya? Ia jenguk dan doakan sang Yahudi ketika Yahudi itu sakit,” ungkap Gus Mus.
Dikatakan Gus Mus, umat Islam mestinya tahu apa yang dilakukan Muhammad SAW pada seorang Yahudi buta yang tiada hari tanpa mencacinya? Ia suapi setiap hari dengan tangannya sendiri yang mulia tanpa sang Yahudi tahu bahwa yang menyuapinya adalah Muhammad SAW yang selalu ia caci.
“Itulah Islam. Ber-Islam-lah seperti Islam-nya Muhammad SAW, bukan Islam ala egomu. Jangan sampai kau hanya ber-Islam, tapi kau kehilangan Muhammad SAW.
Jangan lemahkan Islam yang kuat dengan tindakan kerdilmu. Jangan hinakan Islam yang suci dengan perbuatan nista,” demikian pesan Gus Mus.
Pesan yang disampaikan Gus Mus tersebut, disampaikan kembali oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara, Nor Rosyid, dalam kegiatan Rapat Koordinasi bersama Pemuka Agama Kristen di SDTK Terang Dunia Jepara, Rabu (06/06).
Rapat Koordinasi ini bertujuan untuk menyikapi situasi keamanan terkini bangsa Indonesia yang baru saja didera permasalahan terorisme dengan adanya tiga bom yang meledak di GKI di Jalan Diponegoro, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuna, dan Gereja Santa Maria Tak Bercela Ngagel.
Dalam sambutannya, Nor Rosyid, menyayangkan terjadinya terror bom yang terjadi di Gereja Surabaya. Entah dengan dasar apa mereka melakukan hal tersebut.
“Saya berangan-angan dan berfikir dalam benak fikiran saya bahwa terorisme itu agamanya apa. Pengakuan mereka yakni beragama Islam. Tetapi dasar pemikiran mereka itu kitab atau buku apa hingga dengan nekat melakukan hal tersebut. Karena sebagai sesama umat Islam, saya tidak pernah sekalipun menemukan anjuran untuk memerangi kaum kafir secara fisik kecuali di medan perang” ujar Nor Rosyid. (fm)